Rabu, 08 April 2015

Membangun teori Learning Trajectory

NAMA                         : DIANA SETYORINI
NIM                             : 14712259019
KELAS                          : DIKDAS P2TK
MATA KULIAH           : PENGEMBANGAN LEARNING TRAJECTORY PENDIDIKAN DASAR
DOSEN PENGAMPU   : Prof. Dr. Marsigit, MA.

DIRIKU YANG  AKAN DAN SEDANG MEMBANGUN TEORI TENTANG LEARNING TRAJECTORY
Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada perkuliahan learning trajectory, pada hari selasa, tanggal 7 april 2015, dapat saya pahami  sebagai guru, kita juga memiliki keterbatasan, terbatas ruang dan waktu. Sebagai guru juga sebagai manusia, kita perlu sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Kita mengerti akan posisi kita, terhadap ruang dan waktu.  Manusia bersifat terbatas, maka tidak ada satu orangpun yang bisa mencapai sopan dan santun yang absolut. Kecuali orang-orang yang terpilih. Manusia perlu menyesuaikan ruang dan wkatu. Maka sebenar-benar hidup adalah kesempurnaan didalam ketidaksempurnaan. Itulah sebenar-benar hidup. Kelebihan didalam kekurangannya. Sosial didalam individualitasnya. Hubungan dengan Allah dan hubungan  dengan  sesama manusia, itulah sebenarnya hidup. Ikhtiar dalam takdirnya, takdir dalam ikhtiarnya. Dalam konsep jawa, kita hidup perlu mencari keseimbangan. Itu bagian dari mengerti diri sendiri, sebelum kita mengerti siapa siswa.  Kita perlu mengerti batasan  dalam mengembangkan potensi yang kita miliki.
Siswa juga memiliki keterbatasannya. Namun juga memiliki ketetapannya ada absolutnya, semakin keatas semakin absolut semakin tinggi semakin tungggal, yaitu kuasa Tuhan. Semakin ke bawah semakin banyak. Urusan dunia adalah plural. Jika dijaadikan satu maka akan menjadi bencana. Hakekatnya didunia adalah plural. Hakikatnya anak kecil berbuat salah atau keliru. Karena anak masih belajar. Begitu juga dengan siswa. terutama siswa sekolah dasar, masih belajar. Kita sebagai guru mengetahui dan memahami karakteristik siswa. Dengan learning trajectory, kita bisa belajar, bagaimana memahami siswa. dengan demikian, pada dasarnya learning trajectory adalah sebuah pembelajaran yang mengarah pada alur belajar siswa.  
Dalam pembelajaran teori learning trajectory, terbagi dalam empat dimensi, yaitu: material, formal, normatif dan spiritual. Dimana aspek spiritual merupakan aspek tertinggi dari pembelajaran learning trajectory itu sendiri.
1.      Aspek Material
Aspek material dalam learning trajectory, dalam bentuk sebagai konteks dan konten yang meliputi, fisik (artefak),  lingkungan atau budaya, sampai pada perangkat pembelajaran yang lain. Sebagai guru, kita bisa menggali sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungan dan budaya setempat, pengalaman siswa, data-data yang ada serta fenomena yang sedang terjadi saat ini. Yang bisa kita jadikan sebuah penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dan memecahkan masalah yang muncul dari adanya fenomena dan pengalaman siswa sebagai peserta didik. Dengan belajar dari lingkungan, sebagai guru, kita bisa membantu mengembangkan kreatifitas siswa. siswa bisa membangun dan mengembangkan pengetahuannya sendiri dengan bantuan media pembelajaran.  Karena pada learning trajectory, siswa merupakan fokus pembelajaran itu sendiri. Sedangkan untuk guru, dinamakan teaching trajectory.

2.      Aspek Formal
Aspek formal pada learning trajectory wujudnya berupa dokumen resmi, meliputi peraturan yang ada dinegara kita. Mulai dari yang tertinggi yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang, peraturan presiden, peraturan menteri, sampai pada kurikulum itu sendiri, silabus, Rencana pembelajaran, Lembar kerja siswa dan penilaian (Asessmen). Dimana kurikulum hingga penilaian bisa kita kembangkan sendiri, sesuai dengan kebutuhan siswa atau keadaan lingkungan sekolah kita sendiri. Sesuai teori Paul Ernest, bahwa pembelajaran apa saja itu tergantung pada lokasi atau tempat berlangsungnya pendidikan itu sendiri.
Pada pembelajaran, selain kita bisa atau memahami teori pembelajaran yang ada, kita juga perlu memahami praktek dari pembelajaran itu sendiri. Karena terkadang antara teori dan praktek tidak seperti yang kita harapkan. Agar kita bisa meningkatkan aspek formal kita, maka kita perlu belajar dari berbagai macam sumber pembelajaran lain, misalnya VTR, sebuah video tentang pembelajaran. Dengan melihat VTR,  berarti kita sebuah pembelajaran secara tidak langsung (simulasi). Kita bisa mengambil manfaat dari media ataupun metode pembelajaran yang digunaakan. Manfaat tersebut bisa kita terapkan pada praktek pembelajaran yang akan kita laksanakan dilapangan atau di sekolah. Dengan demikian kita biasa membangun konsep awal siswa. dimana pada setiap siswa itu memiliki karakteristik yang berbeda. Kita bisa mendapatkan berbagai macam teori pembelajaran dengan  membaca berbagai referensi, lalu menghubungkannya satu sama lain, sehingga diperoleh sebenar-benarnya bangunan hermeneutika trajectory..

3.      Aspek normatif
Aspek normatif dalam learning trajectory meliputi buku, makalah, hasil penelitian, jurnal, blog, web dan sumber referensi lainnya, sampai pada filsafatnya.  Dengan banyak membaca, baca dan baca kita bisa memahami pola pikir kita sendiri. Karena pada prinsipnya aspek normatif adalah filsafat atau pikiran kita sendiri. Yang meliputi hakikat, metode serta aspek etik dan estetika. Dalam hakikat filsafat itu terdapat wadah dan isi. Tiada wadah tanpa isi, tiada isi tanpa wadah. Untuk mengetahui cara berpikir siswa, kita perlu mengetahui hak siswa dalam pembelajaran itu sendiri.  Kita eksplor, kita selidiki atau teliti, bagaimana kedudukan siswa dalam pembelajaran. Dalam filsafat atau hakekatnya, merentang dari lingkungan budaya indonesia/jawa, secara filosofi, muncullah ajaran ing ngaso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Dimana ketiganya merupakan ajaran yang sampai hari ini bisa kita jadikan pedoman dalam memberikan pembelajaran di sekolah. Dalam wadah, terdapat sintak, hierarki (jenjang) pendidikan itu sendiri. Didalam isi, terdapat kategori dapat kita sebut sebagai pengetahuan.  
4.      Aspek spiritual
Aspek spiritual dalam learning trajecory meliputi aspek syariat menuju pada  hakikat dan sampai pada makrifat. Sebagai manusia, selain menjaga hubungan dengan sesama manusia, kita juga menjaga hubungan dengan sang pencipta, yaitu Allah SWT. Pengetahuan yang kita miliki, akan lebih bermanfaat jika kita abisa membaginya kepada orang lain. Sebagai guru, kita membagi ilmu yang kita miliki kepada siswa kita sendiri.

Keempat aspek tersebut, kita gunakan sebagai landasan untuk membangun dan mengembangkan  menjadi hermeneutika learning trajectory.


                                                                                                               


                                    Hermeneutika Learning trajectory.

Hermeneutika Learning trajectory bermula dari dirimu sendiri yang ada dalam kebersamaan. Sebenar-benarnya dirimu adalah identitasmu dalam kelompokmu. Dalam setiap hermeneutika learning trajectory  memiliki titik-titik, yang bisa dibagi-bagi untuk  membangun hidup, meliputi sadar akan ruang dan waktu serta sebuah rutinitas oleh diri dalam sebuah kebersamaannya. Dimana rutinitas dalam hidup biasa kita hidup sebagai fatal. Sedangkan sadar dan membangun hidup kita sebut sebagai vital. Setiap titik dalam hermeneutika juga mengandung tiga unsur.
Untuk bisa mempelajari learnig trajectory, kita perlu memiliki grounded theory. Teori – teori yang kita miliki, bisa kita jadikan sebagai pedoman, pada saat kita akan terjun ke lapangan. Teori yang dapat kita gunakan, mulai dari teori, Bruner, Ernest, ZPD, maupun teori pembelajaran lainnya. Perlu kita pahami, bahwa setiap siswa pada tingkat atau jenjang pendidikan memiliki konsep yang berbeda.  Peran guru adalah bagaimana memberi fasilitas, kesempatan ruang dan waktu kepada siswa, agar siswa bisa membangun. Maka akan tercipta hermeneutika learning trajectory.
Disamping kita mengembangkan learning trajectory, sebagai guru kita juga bisa mengembangkan teaching trajectory. Dengan membentuk team teaching. Team teaching ini tidak harus banyak, namun bisa berdua saja. Dimana dalam team teaching ini saling mengobservasi, untuk bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan metode dan media yang telah digunakan. Jika kita mengembangkan learning trajectory dan teaching trajectory berarti kita membangun hidup. Sebenar-benarnya belajar adalah membangun.

0 komentar:

Posting Komentar