Membangun teori Learning Trajectory
NAMA : DIANA SETYORINI
NIM : 14712259019
KELAS : DIKDAS P2TK
MATA KULIAH : PENGEMBANGAN LEARNING
TRAJECTORY PENDIDIKAN DASAR
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Marsigit, MA.
DIRIKU YANG AKAN DAN SEDANG
MEMBANGUN TEORI TENTANG LEARNING TRAJECTORY
Berdasarkan apa yang
telah diuraikan pada perkuliahan learning
trajectory, pada hari selasa, tanggal 7 april 2015, dapat saya pahami sebagai guru, kita juga memiliki keterbatasan,
terbatas ruang dan waktu. Sebagai guru juga sebagai manusia, kita perlu sopan
dan santun terhadap ruang dan waktu. Kita mengerti akan posisi kita, terhadap
ruang dan waktu. Manusia bersifat
terbatas, maka tidak ada satu orangpun yang bisa mencapai sopan dan santun yang
absolut. Kecuali orang-orang yang terpilih. Manusia perlu menyesuaikan ruang
dan wkatu. Maka sebenar-benar hidup adalah kesempurnaan didalam
ketidaksempurnaan. Itulah sebenar-benar hidup. Kelebihan didalam kekurangannya.
Sosial didalam individualitasnya. Hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia, itulah sebenarnya hidup. Ikhtiar
dalam takdirnya, takdir dalam ikhtiarnya. Dalam konsep jawa, kita hidup perlu
mencari keseimbangan. Itu bagian dari mengerti diri sendiri, sebelum kita
mengerti siapa siswa. Kita perlu mengerti
batasan dalam mengembangkan potensi yang
kita miliki.
Siswa juga memiliki
keterbatasannya. Namun juga memiliki ketetapannya ada absolutnya, semakin
keatas semakin absolut semakin tinggi semakin tungggal, yaitu kuasa Tuhan.
Semakin ke bawah semakin banyak. Urusan dunia adalah plural. Jika dijaadikan
satu maka akan menjadi bencana. Hakekatnya didunia adalah plural. Hakikatnya
anak kecil berbuat salah atau keliru. Karena anak masih belajar. Begitu juga
dengan siswa. terutama siswa sekolah dasar, masih belajar. Kita sebagai guru
mengetahui dan memahami karakteristik siswa. Dengan learning trajectory, kita bisa belajar, bagaimana memahami siswa.
dengan demikian, pada dasarnya learning
trajectory adalah sebuah pembelajaran yang mengarah pada alur belajar
siswa.
Dalam pembelajaran
teori learning trajectory, terbagi
dalam empat dimensi, yaitu: material, formal, normatif dan spiritual. Dimana
aspek spiritual merupakan aspek tertinggi dari pembelajaran learning trajectory
itu sendiri.
1.
Aspek
Material
Aspek material dalam learning trajectory, dalam bentuk
sebagai konteks dan konten yang meliputi, fisik (artefak), lingkungan atau budaya, sampai pada perangkat
pembelajaran yang lain. Sebagai guru, kita bisa menggali sumber pembelajaran
yang berasal dari lingkungan dan budaya setempat, pengalaman siswa, data-data
yang ada serta fenomena yang sedang terjadi saat ini. Yang bisa kita jadikan
sebuah penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dan memecahkan
masalah yang muncul dari adanya fenomena dan pengalaman siswa sebagai peserta
didik. Dengan belajar dari lingkungan, sebagai guru, kita bisa membantu
mengembangkan kreatifitas siswa. siswa bisa membangun dan mengembangkan
pengetahuannya sendiri dengan bantuan media pembelajaran. Karena pada learning trajectory, siswa merupakan fokus pembelajaran itu
sendiri. Sedangkan untuk guru, dinamakan teaching
trajectory.
2.
Aspek
Formal
Aspek formal pada learning trajectory wujudnya berupa
dokumen resmi, meliputi peraturan yang ada dinegara kita. Mulai dari yang
tertinggi yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan
pemerintah pengganti Undang-Undang, peraturan presiden, peraturan menteri,
sampai pada kurikulum itu sendiri, silabus, Rencana pembelajaran, Lembar kerja
siswa dan penilaian (Asessmen). Dimana kurikulum hingga penilaian bisa kita
kembangkan sendiri, sesuai dengan kebutuhan siswa atau keadaan lingkungan
sekolah kita sendiri. Sesuai teori Paul Ernest, bahwa pembelajaran apa saja itu
tergantung pada lokasi atau tempat berlangsungnya pendidikan itu sendiri.
Pada pembelajaran, selain kita
bisa atau memahami teori pembelajaran yang ada, kita juga perlu memahami
praktek dari pembelajaran itu sendiri. Karena terkadang antara teori dan praktek
tidak seperti yang kita harapkan. Agar kita bisa meningkatkan aspek formal kita,
maka kita perlu belajar dari berbagai macam sumber pembelajaran lain, misalnya
VTR, sebuah video tentang pembelajaran. Dengan melihat VTR, berarti kita sebuah pembelajaran secara tidak
langsung (simulasi). Kita bisa mengambil manfaat dari media ataupun metode
pembelajaran yang digunaakan. Manfaat tersebut bisa kita terapkan pada praktek
pembelajaran yang akan kita laksanakan dilapangan atau di sekolah. Dengan
demikian kita biasa membangun konsep awal siswa. dimana pada setiap siswa itu
memiliki karakteristik yang berbeda. Kita bisa mendapatkan berbagai macam teori
pembelajaran dengan membaca berbagai
referensi, lalu menghubungkannya satu sama lain, sehingga diperoleh
sebenar-benarnya bangunan hermeneutika
trajectory..
3.
Aspek
normatif
Aspek normatif dalam learning trajectory meliputi buku,
makalah, hasil penelitian, jurnal, blog, web dan sumber referensi
lainnya, sampai pada filsafatnya. Dengan
banyak membaca, baca dan baca kita bisa memahami pola pikir kita sendiri.
Karena pada prinsipnya aspek normatif adalah filsafat atau pikiran kita
sendiri. Yang meliputi hakikat, metode serta aspek etik dan estetika. Dalam
hakikat filsafat itu terdapat wadah dan isi. Tiada wadah tanpa isi, tiada isi
tanpa wadah. Untuk mengetahui cara berpikir siswa, kita perlu mengetahui hak
siswa dalam pembelajaran itu sendiri.
Kita eksplor, kita selidiki atau teliti, bagaimana kedudukan siswa dalam
pembelajaran. Dalam filsafat atau hakekatnya, merentang dari lingkungan budaya
indonesia/jawa, secara filosofi, muncullah ajaran ing ngaso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani.
Dimana ketiganya merupakan ajaran yang sampai hari ini bisa kita jadikan
pedoman dalam memberikan pembelajaran di sekolah. Dalam wadah, terdapat sintak,
hierarki (jenjang) pendidikan itu sendiri. Didalam isi, terdapat kategori dapat
kita sebut sebagai pengetahuan.
4.
Aspek
spiritual
Aspek spiritual dalam learning trajecory meliputi aspek
syariat menuju pada hakikat dan sampai
pada makrifat. Sebagai manusia, selain menjaga hubungan dengan sesama manusia,
kita juga menjaga hubungan dengan sang pencipta, yaitu Allah SWT. Pengetahuan
yang kita miliki, akan lebih bermanfaat jika kita abisa membaginya kepada orang
lain. Sebagai guru, kita membagi ilmu yang kita miliki kepada siswa kita
sendiri.
Keempat aspek tersebut, kita
gunakan sebagai landasan untuk membangun dan mengembangkan menjadi hermeneutika
learning trajectory.
Hermeneutika Learning trajectory.
Hermeneutika
Learning trajectory bermula
dari dirimu sendiri yang ada dalam kebersamaan. Sebenar-benarnya dirimu adalah
identitasmu dalam kelompokmu. Dalam setiap hermeneutika
learning trajectory memiliki
titik-titik, yang bisa dibagi-bagi untuk
membangun hidup, meliputi sadar akan ruang dan waktu serta sebuah
rutinitas oleh diri dalam sebuah kebersamaannya. Dimana rutinitas dalam hidup
biasa kita hidup sebagai fatal.
Sedangkan sadar dan membangun hidup kita sebut sebagai vital. Setiap titik dalam hermeneutika juga mengandung tiga unsur.
Untuk
bisa mempelajari learnig trajectory,
kita perlu memiliki grounded theory. Teori
– teori yang kita miliki, bisa kita jadikan sebagai pedoman, pada saat kita
akan terjun ke lapangan. Teori yang dapat kita gunakan, mulai dari teori,
Bruner, Ernest, ZPD, maupun teori pembelajaran lainnya. Perlu kita pahami,
bahwa setiap siswa pada tingkat atau jenjang pendidikan memiliki konsep yang
berbeda. Peran guru adalah bagaimana
memberi fasilitas, kesempatan ruang dan waktu kepada siswa, agar siswa bisa
membangun. Maka akan tercipta hermeneutika learning
trajectory.
Disamping
kita mengembangkan learning trajectory,
sebagai guru kita juga bisa mengembangkan teaching
trajectory. Dengan membentuk team
teaching. Team teaching ini tidak harus banyak, namun bisa berdua saja.
Dimana dalam team teaching ini saling mengobservasi, untuk bisa mengetahui
kelebihan dan kekurangan metode dan media yang telah digunakan. Jika kita
mengembangkan learning trajectory dan
teaching trajectory berarti kita membangun hidup. Sebenar-benarnya belajar
adalah membangun.
0 komentar:
Posting Komentar